Rabu, 09 Mei 2012

Dialah Cermin yang Nyata ( season 1 )


Suatu hari aku membuka aku facebookku, aku merasa kangen dengan facebook karena memang sudah lama tidak membuka akun jejaring social itu. Namaku Aulia Dinda Anizza, aku biasa dipanggil Dinda. Di dunia maya aku dikenal dengan nama Aulia. Aku punya beberapa akun didunia maya seperti facebook, twiter, blogger dan beberapa akun lain. Yang paling sering kubuka adalah facebook dan blogger. Aku suka berkeliling dunia maya, aku punya banyak teman di dunia maya. Tapi aku seperti dalam dunia imajinasiku saja. Aku tak pernah keluar rumah, apalagi bermain dengan anak sebayaku. Aku lebih suka berlama-lama menatap layar laptop atau handphone untuk terus online.
Aku sekolah disekolah elit di pusat kota. Aku anak yang pandai, pintar semua pelajaran terutama yang berkaitan dengan teknologi. Disekolah aku mempunyai sahabat bernama Rizza. Dia selalu mendukung segala keputusanku. Termasuk menolak kebijakan ketrampilan menjahit dan memasak untuk siswi putri dan ketrampilan elektro untuk siswa putra. Aku tak bisa menjahit apalagi memasak, makanya aku lebih memilih ketrampilan elektro begitu juga Rizza.
Hari ini aku senang sekali karena  hari ini hari minggu, aku bisa main. Papa dan mama akan pergi hari ini. Aku semakin bebas dari aturan dan pergi main dengan Rizza. Asyiikk….
“Hari ini aku akan ke mall dan main game sepuasnya. Mama dan papa akan pergi lama jadi aku bebas….”
Aku menelfon Rizza, aku akan mengajaknya pergi ke mall hari ini, tapi kata Rizza hari ini dia harus pergi ke rumah neneknya, neneknya sedang sakit. “Duh..gimana ya? Trus hari ini aku main sama siapa?”
Dengan kesal aku menendang meja yang diletakkan vas bunga kesayangan mama yang terletak didekat meja telepon. Dan vas bunga itu pecah berantakan.
“Ya ampun non Putri ada apa ini? Kok vas bunganya pecah?”
“E..anu mbok tadi aku yang mecahin tapi nggak sengaja, em..mbok jangan bilang ke mama ya kalau vas bunga ini pecah yang mecahin aku”
“tapi non kalau ndoro sepuh tanya siapa yang mecahin saya harus jawab apa non?”
“bilang aja kucing atau apalah yang sekiranya meyakinkan , tapi jangan bilang aku yang mecahin ya? Aku takut mama marah sama aku dan penyakitnya kambuh lagi”
“Iya non”
“duh mbok hari ini aku kesepian, mama dan papa pergi keluar kota”
“la non, biasanya non Dinda suka kalau ditinggal ndoro kakung dan ndoro putri”
“iya, tapi dirumah jadi nggak ada aktifitas”
“kenapa ndak main sama non Rizza saja?”
“Dini kerumah neneknya, dia nggak bisa nemenin aku”
“kan non bisa jalan-jalan?”
“kemana?”
“kedunia maya mungkin?”
“ah, mbok suka sok tau deh…”
“hehe…maaf non”
“iya nggak papa mbok”
“ya sudah mbok mau lanjutkan pekerjaan mbok dulu ya non”
“iya”
“Hm…sepertinya ide si mbok bagus juga” gumamku dalam hati.
Aku langsung masuk kamar dan menutup pintunya, aku membuka akun social yang aku punya yaitu facebook dan bermain didalamnya. Ternyata asyik juga.
Tapi tak lama kemudian ada seseorang mengajakku berbicara di obrolan facebook. Dia bernama Farida. Dia bertanya nama dan alamat, akhirnya kami saling kenal meskipun hanya sekedar nama dan wajah. Semua itu tidak aku tanggapi lebih, aku menganggap biasa saja, karena memang sudah sering mendapat yang seperti itu  dan aku cuek pada mereka. Berbeda dengan Farida dia ingin tau banyak hal tentang aku. Dia sering menyukai dan mengomentari statusku. Dia seperti sangat penasaran denganku.
 Aku juga jadi penasaran dengan dia. Walaupun aku tak suka mengomentari statusnya ataupun sekedar menyukai statusnya, tapi aku sering membuka tentang profilnya dan beberapa koleksi foto-fotonya di facebook.
Dalam foto-fotonya, aku menilai dia adalah anak yang periang dan aktif dalam kegiatan sekolah. Dia termasuk anak yang menyenangkan. Anehnya dari semua foto-fotonya, wajahnya lumayan mirip denganku. Hanya saja dia memiliki dua lesung pipit dan aku hanya memiliki satu. Seperti anak kembar, tapi bukan anak kembar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar